Friday, May 28, 2010

Bad things happen, right? Wrong!

Bad things happen, right? Wrong! Everything that happens to a believer is good or it has more good in it than bad. Alhamdulillah, it is always a win-win situation for the believer. Consider the hadith of Rasoolullah (SAW) told to us by Suhaib in which Rasoolullah (SAW) said, “The affair of the believer is amazing! The whole of his life is beneficial, and that is only in the case of the believer. When good times come to him, he is thankful and it is good for him, and when bad times befall him, he is patient and it is also good for him” (narrated by Muslim).


Indeed, we all fall sick, get into accidents, or are sadden at times of despair. However, the believer easily overcomes such hardships. Rasoolullah (SAW) said that, “When the believer is afflicted with pain, even that of a prick of a thorn or more, God forgives his sins” (narrated by Bukhari). It is reported that Abu Hurayrah, the companion of the Prophet, had a favorite illness! He is reported to have said, “There is no illness that afflicts me more beloved to me than fever; it enters every part of me and [because of it] Allah the Mighty and Sublime gives every part of me its share of reward” (narrated by Bukhari in Al-Adab Al-Mufrad). Subhana’Allah, if only we could all celebrate when we got sick or something misfortunate happened to us!


In terms of hardship, we should look to the Quran for guidance as it states, “Those who patiently preserve will truly receive a reward without measure” (Translation of the Meaning of the Holy Quran, 39:10) and “And bear in patience whatever maybe fall you: this, behold, is something to set one’s heart upon“(Translation of the Meaning of the Holy Quran, 31:17). In times of hardship, many of us remember Allah (SWT), but do we remember Allah (SWT) in times of ease? Rasoolullah (SAW) said, “Remember Allah in times of ease, and He will remember you in times of hardship” (narrated by Ahmad).


Whenever something afflicts us, we should smile and say Alhamdulillah (Praise be to Allah). Consider the story of the King and his servant, Abdullah. Abdullah would say Alhamdulillah to everything that would happen to him, whether good or bad. One day while hunting, the King accidently shot-off his finger and Abdullah responded with his normal, Alhamdulillah. Upset, the King jailed Abdullah to which Abdullah responded Alhamdulillah. Soon thereafter, the King went out hunting again by himself. He strayed into tribal enemy grounds and was captured. The tribe was about to sacrifice him before they realized he was missing a finger. Knowing full-well they should not sacrifice an incomplete human being, they released the King. Ecstatic, the King knew that his misfiring the other day saved his life. He went back home and freed Abdullah. Afterwards, he asked Abdullah, “I understand the loss of my finger was something worth saying Alhamdulillah over, but why did you say it when I jailed you?” Abdullah responded, “Had I been with you that one day instead of in jail, I would have been sacrificed, since I did have all of my fingers!”


Verily, the Quran states, “but it may happen that ye hate a thing which is good for you, and it may happen that ye love a thing which is bad for you. Allah knoweth, ye know not” (Translation of the Meaning of the Holy Quran, 2:216). Therefore, O Muslim, always be optimistic and respond with Alhamdulillah!


Written By Bro Bilal.


http://dailyreminders.org/bad-things-happen-right-wrong/

Thursday, May 27, 2010

U can change the course of your day from negative to positive by slowing down, taking a breath and changing your mind. #TDL

Sungguh Engkau Berbudi Pekerti yang Agung



-- Bentuk tubuh Rasulullah SAW--

Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. yang pernah hidup bersama Rasulullah SAW, berkata:

“Saya bertanya kepada paman saya, Hind bin Abi Halah -yang selalu berbicara tentang Nabi yang mulia- untuk menceritakan kepada saya berkenaan dengan Nabi, agar kecintaan saya bertambah. Ia berkata, ‘Nabi Allah sangat berwibawa dan sangat dihormati. Wajahnya bersinar seperti purnama. Ia lebih tinggi dari orang-orang pendek dan lebih pendek dari orang-orang jangkung. Kepalanya agak besar dengan rambut yang ikal. Bila rambutnya itu bisa disisir, ia pasti menyisir rambutnya. Kalau rambutnya tumbuh panjang, ia tak akan membiarkannya melewati daun telinga. Kulit wajahnya putih dengan dahi yang lebar. Kedua alisnya panjang dan lebat, tapi tidak bertemu.

Di antara kedua alisnya, ada pembuluh darah melintang yang tampak jelas ketika beliau marah. Ada seberkas cahaya yang menyapu tubuhnya dari bawah ke atas, seakan-akan mengangkat tubuhnya.

‘Janggutnya pendek dan tebal; pipinya halus dan lebar. Mulutnya lebar dengan gigi-gigi yang jarang dan bersih. Di atas dadanya ada bulu yang sangat halus; lehernya seperti batang perak murni yang indah. Tubuhnya serasi (semua anggota tubuhnya sangat serasi dengan ukuran anggota tubuh yang lain). Perut dan dadanya sejajar. Bahunya lebar, sendi-sendi anggota badannya gempal. Dadanya bidang. Bagian tubuhnya yang tidak tertutup pakaian bersinar terang. Segaris bulu yang tipis memanjang dari dada ke pusarnya. Di luar itu, dada dan perutnya tidak berbulu sama sekali. Lengan, bahu dan pundaknya berbulu. Lengannya panjang dan telapak tangannya lebar. Tangan dan kakinya tebal dan kekar. Jari-jemarinya panjang. Pertengahan telapak kakinya melengkung, tidak menyentuh tanah, air tidak membasahinya.

Ketika berjalan ia mengangkat kakinya dari tanah dengan dada yang dibusungkan. Langkah-langkahnya lembut. Ia berjalan cepat seakan-akan menuruni bukit. Bila berhadapan dengan seseorang, Ia hadapkan seluruh tubuhnya, bukan hanya kepalanya. Matanya selalu merunduk. Pandangannya ke arah bumi lebih lama daripada pandangannya ke langit. Sesekali ia memandang dengan pandangan sekilas. Ia selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan salam kepada orang yang ditemuinya di jalan.’

-- Cara bicara Rasulullah --

Kemudian Imam Hasan berkata, “Ceritakan kepadaku cara bicaranya.”

Hind bin Abi Halah berkata, “Ia selalu tampak sendu, selalu merenung dalam, dan tidak pernah tenang. Ia banyak diamnya. Ia tidak pernah berbicara yang tidak perlu. Ia memulai dan menutup pembicaraannya dengan sangat fasih. Pembicaraannya singkat dan padat, tanpa kelebihan kata-kata dan tidak kekurangan perincian yan diperlukan. Ia berbicara lembut, tidak pernah kasar atau menyakitkan. Ia selalu menganggap besar anugerah Tuhan betapapun kecilnya. Ia tidak pernah mengeluhkannya. Ia juga tidak pernah mengecam atau memuji berlebih-lebihan apapun yang ia makan

Dunia dan apapun yang ada padanya tidak pernah membuatnya marah. Tetapi, jika hak seseorang dirampas, ia akan sangat murka sehingga tidak seorang pun mengenalnya lagi dan tidak ada satu pun yang dapat menghalanginya sampai ia mengembalikan hak itu kepada yang punya. Ketika menunjuk sesuatu, ia menunjuk dengan seluruh tangannya. Ketika terpesona, ia membalikkan tangannya ke bawah. Ketika berbicara,terkadang ia bersedekap atau merapatkan telapak tangan kanannya pada punggung ibu jari kirinya. Ketika marah, ia palingkan wajahnya. Ketika tersinggung, ia merunduk. Ketika ia tertawa, gigi-giginya tampak seperti untaian butir-butir hujan es.

Imam Hasan berkata, “Saya menyembunyikan berita ini dari Imam Husain sampai suatu saat saya menceritakan kepadanya. Ternyata ia sudah tahu sebelumnya. Kemudian saya bertanya kepadanya tentang berita ini. Ternyata ia telah bertanya kepada ayahnya (Imam Ali) tentang Nabi, di dalam dan di luar rumah, cara duduknya dan penampilannya, dan ia menceritakan semuanya.”

-Akhlak Rasulullah ketika masuk rumah-

Imam Husain berkata, “Aku bertanya kepada ayahku ( Ali Bin Abi Thalib RA) tentang perilaku Nabi ketika ia memasuki rumahnya. Ayahku berkata, ‘Ia masuk rumah kapan saja ia inginkan. Bila berada di rumah, ia membagi waktunya menjadi tiga bagian; sebagian untuk Allah, sebagian untuk keluarganya, sebagian lagi untuk dirinya. Kemudian ia membagi waktunya sendiri antara dirinya dan orang lain; satu bagian khusus untuk sahabatnya dan bagian lainnya untuk umum. Ia tidak menyisakan waktunya untuk kepentingan dirinya. Termasuk kebiasaannya pada bagian yang ia lakukan untuk orang lain ialah mendahulukan atau menghormati orang-orang yang mulia dan ia menggolongkan manusia berdasarkan keutamaannya dalam agama. Di antara sahabatnya, ada yang mengajukan satu keperluan, dua keperluan, atau banyak keperluan lain. Ia menyibukkan dirinya dengan keperluan mereka. Jadi, ia menyibukkan dirinya untuk melayani mereka dan menyibukkan mereka dengan sesuatu yang baik bagi mereka.

“Ia sering menanyakan keadaan sahabatnya dan memberi tahu mereka apa yang patut mereka lakukan. ‘mereka yang hadir sekarang ini harus memberitahukan kepada yang tidak hadir. Beritahukan kepadaku orang yang tidak sanggup menyampaikan keperluannya kepadaku. Orang yang menyampaikan kepada pihak yang berwenang keluhan seseorang yang tidak sanggup menyampaikannya, akan Allah kokohkan kakinya pada Hari Perhitungan’. Selain hal-hal demikan, tidak ada yang disebut-sebut dihadapannya dan tidak akan diterimanya. Mereka datang menemui beliau untuk menuntut ilmu dan kearifan. Mereka tidak bubar sebelum mereka menerimanya. Mereka meninggalkan majlis Nabi sebagai pembimbing untuk orang di belakangnya.’

--Akhlak Rasulullah di luar rumah--

“Aku bertanya kepadanya tentang tingkah laku Nabi yang mulia di luar rumahnya. Ia menjawab, ‘Nabi itu pendiam sampai ia merasa perlu untuk bicara. Ia sangat ramah kepada setiap orang. Ia tidak pernah mengucilkan seorang pun dalam pergaulannya. Ia menghormati orang yang terhormat pada setiap kaum dan memerintahkan mereka untuk menjaganya kaumnya. Ia selalu berhati-hati agar berperilaku yang tidak sopan atau menunjukkan wajah yang tidak ramah kepada mereka. Ia suka menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya dan keadaan orang-orang di sekitar mereka, misalnya keluarganya atau tetangganya. Ia menunjukkan yang baik itu baik dan memperkuatnya. Ia menunjukkan yang jelek itu jelek dan melemahkannya. Ia selalu memilih yang tengah-tengah dalam segala urusannya.’

“Ia tidak pernah lupa memperhatikan orang lain karena ia takut mereka alpa atau berpaling dari jalan kebenaran. Ia tidak pernah ragu-ragu dalam kebenaran dan tidak pernah melanggar batas-batasnya. Orang-orang yang paling dekat dengannya adalah orang-orang yang paling baik. Orang yang paling baik, dalam pandangannya, adalah orang-orang yang paling tulus menyayangi kaum muslimin seluruhnya. Orang yang paling tinggi kedudukannya disisinya adalah orang yang paling banyak memperhatikan dan membantu orang lain.’”

--Cara Rasulullah duduk--

Imam Husain berkata, “Kemudian aku bertanya kepadanya tentang cara Rasulullah duduk. Ia menjawab, ‘Rasulullah tidak pernah duduk atau berdiri tanpa mengingat Allah. Ia tidak pernah memesan tempat hanya untuk dirinya dan melarang orang lain duduk di situ. Ketika datang di tempat pertemuan, ia duduk dimana saja tempat tersedia. Ia juga menganjurkan orang lain untuk berbuat yang sama. Ia memberikan tempat duduk dengan cara yang sama sehingga tidak ada orang yang merasa bahwa orang lain lebih mulia ketimbang dia. Ketika seseorang duduk di hadapannya, ia akan tetap duduk dengan sabar sampai orang itu berdiri atau meninggalkannya. Jika orang meminta sesuatu kepadanya, ia akan memberikan tepat apa yang orang itu minta. Jika tidak sanggup memenuhinya, ia akan mengucapkan kata-kata yang membahagiakan orang itu. Semua orang senang pada akhlaknya sehingga ia seperti ayah bagi mereka dan semua ia perlakukan dengan sama.

Majlisnya adalah majlis kesabaran, kehormatan, kejujuran dan kepercayaan. Tidak ada suara keras di dalamnya dan tidak ada tuduhan-tuduhan yang buruk. Tidak ada kesalahan orang yang diulangi lagi di luar majlis. Mereka yang berkumpul dalam pertemuan memperlakukan sesamanya dengan baik dan mereka satu sama lain terikat dalam kesalehan. Mereka rendah hati, sangat menghormati yang tua dan penyayang kepada yang muda, dermawan kepada yang fakir, dan ramah kepada pendatang dari luar.’

--Cara Rasulullah bergaul dengan sahabatny--

“Aku bertanya kepadanya bagaimana Rasulullah bergaul dengan sahabat-sahabatnya. Ia menjawab, ‘Rasulullah ceria, selalu lembut hati, dan ramah. Ia tidak kasar dan tidak berhati keras. Ia tidak suka membentak-bentak. Ia tidak pernah berkata kotor, tidak suka mencari-cari kesalahan orang, juga tidak suka memuji-muji berlebihan.Ia mengabaikan apa yang tidak disukainya dalam perilaku orang begitu rupa sehingga orang tidak tersinggung dan tidak putus asa. Ia menjaga dirinya untuk tidak melakukan tiga hal: bertengkar, banyak omong, dan berbicara yang tidak ada manfaatnya.Ia juga menghindari tiga hal dalam hubungannya dengan orang lain: mengecam orang, mempermalukan orang, dan mengungkit-ungkit kesalahan orang.

Ia tidak pernah berkata kecuali kalau ia berharap memperoleh anugerah Tuhan. Bila ia berbicara, pendengarnya menundukkan kepalanya, seakan-akan burung bertengger di atas kepalanya. Baru kalau ia diam, pendengarnya berbicara. Mereka tidak pernah berdebat di hadapannya. Jika salah seorang di antara mereka berbicara, yang lain mendengarkannya sampai ia selesai. Mereka bergiliran untuk berbicara di hadapannya. Ia tertawa jika sahabatnya tertawa; ia juga terkagum-kagum jika sahabatnya terpesona. Ia sangat penyabar kalau ada orang baru bertanya atau berkata yang tidak sopan, walaupun sahabat-sahabatnya keberatan. Ia biasanya berkata, “Jika kamu melihat orang yang memerlukan pertolongan, bantulah ia.” Ia tidak menerima pujian kecuali dari orang yang tulus. Ia tidak pernah menyela pembicaraan orang kecuali kalau orang itu melampaui batas. Ia menghentikan pembicaraannya atau berdiri meninggalkannya.


Maraji :
Ma’ani Al Akhbar 83;
‘Uyun Al Akhbar Al Ridha 1:246;
Ibnu Katsir, Al Shirah Nabawiyah 2:601;
Thabathabai, Sunan Al Nabi SAW 102-105


repost from : http://www.facebook.com/pages/Cinta-Dan-Rindu-Rosululloh-Muhammad-SAW/124710470882257#!/notes/cinta-dan-rindu-rosululloh-muhammad-saw/sungguh-engkau-berbudi-pekerti-yang-agung/122169134484690
Kebijaksanaan dari Sepotong Pensil


“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”

Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,

“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.

Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.

“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.

Si nenek kemudian menjawab,

“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”, Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

pertama:

pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.

kedua:

dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.

ketiga:

pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.

keempat:

bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.

kelima:

sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…

Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”.

Sunday, May 23, 2010

Freeze!

Alhamdulillah... akhirnya bisa juga... freeze! Istilah capoeiranya sih 'queda de rins'. Kalau ga salah artinya berdiri dengan/di atas ginjal gtu? Hehe... walaupun ga taw udah bener apa belum, katanya sih masih kurang tinggi kakinya, tapi... lumayan lah... dah bisa jaga keseimbangan nahan berat badan di siku, hehe...

Ceritanya sih ngiri sama teman-teman yang udah pada bisa. Jadi rajin latihan sendiri di rumah heuseus untuk gerakan ini. Soalnya udah diajarin step by stepnya waktu latihan. Cuma... biasalah... kalau di tempat latihan mah suka kurang pe-de gitu nyobain gerakan yang belum dikuasai. Aneh ya... padahal kalau pas latihan kan bisa nanya kalau gerakannya belum bener... Dunno... that's just me... :p

Well... ada sedikit cerita tragis dalam proses latihannya --- haha... lebay... ga tragis-tragis amat ko. Waktu pertama kali bisa menahan beban tubuh, saking girangnya, lupa jaga keseimbangan... aku sendiri ga tau jatuhnya kaya gimana, yang pasti pas jatuh itu bibir 'ketemu' lutut. Ouch!

Something salty flowing on my lips... kusentuh bibir dengan jariku... whoa! What a fresh red fluid! I just got my lip bleed... mmm... salty... XP

Sempet kapok untuk beberapa saat. Sibuk menghentikan darah dulu dari luka di bibir (it's torn a bit). When I'm pretty sure my lip wasn't bleeding anymore, ok, coba lagi... :D

A few more tries, and I'm pretty sure I'm already able to do this move. Hehe... langsung foto-foto dong pas latihan --- teuteup... narsisss XD

Next move is... au-au-au... Haha... masih belum bisa au dengan benar. Latihan kemarin malem dapet tips untuk belajar au. Mulai dari handstand di dinding, buka kaki lebar-lebar dan jaga kaki tetep lurus, trus turunkan kaki satu per satu ke kiri atau ke kanan. Hey... that's quite easy... Tinggal belajar menaik-turunkan kaki bulak-balik dari kanan ke kiri. Kemarin malam aku baru berhasil menurunkan kaki ke arah kanan, ke arah kiri masih ngaco, apalagi bulak-balik. Plenty of room for improvement! ;)

Anyway... latihan kemarin malam juga mulai berani 'menyakiti' diri. Biasanya aku ga berani handstand kalau bukan deket tembok atau ga ada yang megangin. Tapi panas juga liat yang lain 'uji nyali' handstand di atas matras. So... I tried, and... ... ...

Harusnya sih jatuh yang baik itu supaya ga sakit, dari posisi handstand jatuhnya ke posisi kayang. Tapi entahlah... sepertinya aku masih belum bisa mengontrol tubuh dengan baik... dari posisi handstand... swiiinnnggg.... bruk!!! Jatuh sempurna dengan punggung terhempas di atas matras... huff... shock... hempasannya kerasa sampai ke dada... I took some moment to take a deep breath, forgetting the pain in my back and my chest, and... tried again...

Percobaan yang kedua, aku coba ikuti saran Shinta, "pelan-pelan aja handstand-nya". Ok... I tried not to rush, and... again... swiiingggg.... bruk!!! Okay... that's second... should I try for the third. Of course... but some other time XD

Pagi ini waktu bangun bener-bener pegel di punggung dan bahu. I guess akibat kebanting plus latihan handstand dan posisi freeze berulang-ulang. Fuiihhh... puass lah... mudah-mudahan latihan-latihan berikutnya aku juga bisa terus berani. Walaupun sakit, but I learned.

Ganbatte kudasai!!!

Saturday, May 15, 2010

My Stars and Storks

Lama sudah tak melipat-lipat kertas lagi. Masih banyak persediaan kertas lipatnya. Tapi setidaknya sudah punya beberapa koleksi proyek origami yang "selesai". Haha... kenapa selesainya dalam tanda kutip??? Well... see it by yourself on this picture, how's the origami project going :D

Friday, May 14, 2010

Latihan Capoeira pake batik, y not? :D

OMG! I feel so sleepy this morning. Lacking of sleep last night. Too many daydreaming that I went to bed at around 1 o'clock. Hampir telat bangun karena baru bangun jam setengah 6 pagi --- eh, bangun jam segitu mah udah telat ya? :p

Sekitar jam 10 pagi perasaan badan mulai melayang-layang lagi... Pengen bobo...Padahal latihan maculele di Be Mall kemarin malem cuma sampe jam 9 malam. Pulang nebeng teman yang pulang ke arah Padalarang, aku turun di bunderan Soekarno-Hatta, trus jalan kaki lewat jalan yg biasa jadi tempat ngetem bis Damri, jalanan masih ramai, makanya aku berani jalan kaki sendirian lewat situ :D

Okay, jadinya supaya ga terlalu ngantuk, kucoba mengingat koreografi maculele yang diajari tadi malam, sambil diketik dan membayangkan gerakannya. Supaya latihan berikutnya aku bisa lebih lancar gerakannya. Soalnya perasaan pada saat latihan kemarin aku teh rada-rada lambat menangkap instruksi XD

Huff... ketika mulai terbiasa dengan gerakan basic capoeira, masuk materi capoeira angola, fuiihhh... stamina dikuras... bener-bener belajar jaga stamina... dan mulai membiasakan lagi dengan pegal-pegal di bagian paha.

Eh... berikutnya, masuk materi maculele... kembali stamina diuji... plus... ketahanan betis... plus koordinasi tangan dan kaki... orientasi arah... hehe... masih belum hilang kelemahan yang satu ini... disorientasi arah, entah itu arah nendang, arah muter, arah mukul... mudah-mudahan tak ada yang salah dengan otakku, mungkin cuma masih belum terlatih aja otak motoriknya... XP

Sampai hari ini betis masih 'berasa'... tapi tetep aja bandel latihan lagi. Back to basic practice, I need to practice more basic. Gerakan dasarku kayanya masih belum mantap. Kadang masih suka hilang keseimbangan, makanya tadi seneng banget waktu diingatkan Mas Dedy untuk datang ke latihan di Be Mall hari ini. Aku maksain datang walaupun ga bawa baju ganti. Jadilah tadi latihan dengan kostum baju batik XD

Ga nyesel deh datang latihan tadi, selain memantapkan gerakan dasar, dapat materi yang playful dari Mas Sugeng. Belajar gerakan slow motion pada saat jogo. Hehe... seru! Tapi tadi aku belum berani jogo, belum pe-de untuk ikutan ber-slow motion, hihi... tapi lumayan... tetep belajar gerakan baru ;)