Saturday, December 29, 2012

Miskom... miskom...

aku : "Teh, karpet untuk besok cukup ga?"
teteh x : "karpet? ada?"
aku : "oh, ok..."

Dengan dialog yang sangat singkat seperti itu, aku menganggap semua persiapan acara sudah ok. Well... ga semua sih, itu cuma salah satu dialog ketika aku mau memastikan karpet untuk duduk lesehan peserta seminar dadakan di hari berikutnya sudah siap. 

Hari berikutnya, sekitar sejam/dua jam sebelum acara, ketika memastikan persiapan ruangan, barulah ketahuan kalau dialog sependek itu memang tak cukup sebagai sarana transfer informasi yang memadai *halah bahasanya...

teteh x : "Teh, hari ini tuh acaranya lesehan?"
aku : (bingung karena merasa hari sebelumnya sudah konfirm) "iya, Teh" (kan kemarin saya nanyain karpet - dalam hati doang)
teteh x : "ko ga bilang, itu sudah disiapkan kursi sama pak x"
aku : (kaget dan mulai gelisah) oh... (speechless)

Haha... reaksiku ga asik banget ya, cuma oh... :p
Singkat cerita, kursinya sudah dibereskan, dan diganti dengan karpet. Tapiii... mengingat jumlah peserta yang diundang (ceritanya) mencapai puluhan orang (mendekati angka seratus kalau informasi undangannya menyebar dengan baik), ga yakin karpet yang sudah digelar setengah ruangan ballroom akan cukup menampung seluruh peserta. Duh... makin gelisahlah aku... merasa bersalah karena tak menyampaikan informasi dengan baik dan benar -_-"

SMS konfirmasi ke beberapa orang penerima undangan pun segera kukirim untuk memastikan jumlah peserta yang datang. Mendapat jawaban negatif dari beberapa penerima undangan, perasaanku bercampur antara lega dan kecewa (haha... emang hati ini luar biasa, bisa menampung beberapa perasaan sekaligus :p). Kecewa karena berarti peserta yang datang hanya sedikit, lega karena peserta yang cuma sedikit itu bisa ditampung di atas karpet yang sudah digelar.

Tapi gelisah belum berakhir, merasa bersalah karena sebelumnya tidak menyampaikan informasi dengan baik... hiks... menyadari kalau kemampuan komunikasi masih belum berkembang baik... huff...

Tadinya sudah mau melupakan peristiwa ini dan move on, selama jantung masih berdetak, nafas masih berhembus (seeh... lagi belajar puitis) masih ada kesempatan buat belajar dan memperbaiki cara berkomunikasi (lain kali ajukan pertanyaan yang spesifik, biar jawabannya juga spesifik dan tepat sasaran ;)). Eh... tiba-tiba serasa diingatkan lagi waktu beli soto buat makan malam tadi.

aku : "mas, sotonya satu dibungkus ya"
asisten tukang soto : "... satu? dibungkus?"
aku : "iya"
asisten tukang soto : (menyampaikan pesananku pada rekannya, karena tampaknya dia sedang melayani pembeli lain)
asisten tukang soto : "pake nasi ga?"
aku : "ngga"
asisten tukang soto : (melihat rekannya sudah mendengar jawabanku lalu meneruskan kesibukannya)
tukang soto : (sibuk membungkus)
tukang soto : (menyodorkan bungkusan makanan sambil tersenyum) "ini, Neng"
aku : (menyodorkan uang sambil mengulurkan tangan untuk mengambil bungkusan makanan, tapi...)
aku : "eh... ko lele? sotooo..." (entah mungkin ekspresiku begitu memelas)
tukang soto : "oh? soto?" (sambil tetap tersenyum)
asisten tukang soto : "eh? soto? tadi kedengerannya lele? lele ko..." (berbicara dengan rekannya, bukan ke aku)
tukang soto : (mengangkat panci soto ke atas kompor untuk menghangatkan soto) "soto"
aku : (cuma bengong sambil jadi ga  yakin sama diri sendiri, tadi aku ngomong lele apa soto sih? perasaan udah bener ko ngomong soto... mungkin karena biasanya aku beli pecel lele kalau kesitu, jadinya disangkanya aku beli pecel lele lagi?)
tukang soto : (menyodorkan bungkusan makanan, masih sambil tersenyum, kali ini bener isinya soto) "ini, Neng"
aku : (menerima soto sambil masih tersenyum bingung dan menyodorkan uang pembayaran)
tukang soto : (menerima uang terus cari uang kembalian)
aku : (nunggu kembalian sambil masih bertanya-tanya dalam hati)
tukang soto : (menyodorkan uang kembalian sambil tersenyum) "ini, Neng"
aku : "makasih, mas"
tukang soto : "iya, Neng, sama-sama" (masih tetap tersenyum) --- service excellence oi... 

Dan akhirnya menikmati soto plus nasi hangat di rumah sambil senyum-senyum sendiri. Duh... lain kali mungkin suaranya harus lebih keras ya, atau konfirmasi ulang sebelum pesanannya dibuatkan, atau...yah pokoknya pastiin kalau pesanannya udah bener. Heuheu... double miskom this week... I really need to improve my communication skill... ;p