Cinta itu diputuskan cepat, karena cinta itu baik dan benar.
Jika memutuskan kebenaran membutuhkan waktu lama, maka itu tidak benar.
Orang yang memutuskan mencintai seseorang, maka dengan
segera dia akan melamarnya. Karena cinta itu cepat, tidak bisa ditunda-tunda.
Jika seorang laki-laki memutuskan mencintai seseorang, tapi keputusan itu
diikuti kegamangan untuk melamarnya, jangan sebut itu cinta. Karena cinta itu
baik dan benar, dan kebenaran tidak diputuskan lama. Saat kita terlalu lama
memutuskannya, maka itu tidak lagi jadi benar.
Seorang ayah yang cinta pada isteri dan anaknya, tak bisa
berlama-lama jauh dari keluarganya. Jikapun pekerjaan memisahkan waktu dan
tempat di antara mereka, maka waktu pulang adalah waktu yang paling ditunggu.
Yang paling diharapkan segera, sekali lagi karena cinta itu bergegas. Tidak
bisa menunggu lama.
Seorang hamba yang cinta pada Rabbnya, ia tak bisa
berlama-lama jauh dari Tuhannya. Adzan berkumandang, dia segera bergegas,
begitupun dengan panggilan amal sholeh lainnya. Dia tak bisa menunggu lama.
Cinta membuatnya bergegas, dia tak mau jadi yang paling belakang.
Maka bisa jadi derajat cinta kita pada sesuatu dapat diukur
salah satunya dari seberapa bergegasnya kita atas cinta kita. Semakin cepat
semakin tinggi, dan semakin lambat, semakin rendah cinta kita.
Maka kelak jika hati dan akal seorang lelaki, sudah
mengatakan mampu mengemban cinta pada seseorang. Putuskanlah dengan cepat.
Jangan biarkan setan memberi ruang untuk dirimu bermaksiat. Jika kamu masih
menimbang dengan sangat lama, maka tinggalkanlah dulu cinta itu. Berarti
cintamu belum cukup benar. Taruhlah sebentar cintamu, lalu perjuangkan lagi
saat tidak ada keraguan lagi di hatimu untuk melambatkannya.
Cinta itu bukan virus. Ia tak pernah mematikan. Justru cinta
itu harus dirawat, dipelihara, diperhatikan agar terjaga kesehatannya. Syahwat
dan setan lah yang menjadi virus bagi cinta yang membuat cinta jadi mematikan.
Bergegaslah mempersiapkan diri jika kau mulai merasakan
cinta. Tutupi ia, jadikan ia rahasia besar dalam dirimu. Segerakan cintamu
begitu kau mampu, karena mungkin kita tak sekuat Ali dan Fatimah dalam
menyimpan rahasia cinta ini dari keingintahuan setan.
“Tiada terlihat bagi dua orang yang saling mencintai. Yang
seperti pernikahan.” (HR Ibnu Majah)
Sumber: “Ajari Anakmu Cinta 2” oleh Tony Raharjo & Melly
Ummu Kahla
No comments:
Post a Comment