Dalam bab cinta, tak penting kita tak mengenal bentuknya.
Tapi yang lebih penting kita melakukan geraknya.
Seperti terbangunnya Taj Mahal, Taj Mahal bukan bentuk
cinta. Ia adalah karya dari gerak cinta. Cinta mengajak kita bergerak seperti
melodi yang mengajak kaki berdetak tanpa disadari. Ia tenaga, yang mampu
membangunkan orang dari tidurnya, membangkitkan jiwa dari malasnya.
Seperti angin yang menggerakkan kincir angin, lalu kincir
angin menggerakkan turbin dan turbin melahirkan listrik. Cinta adalah energi
awal yang menggerakkan. Semakin besar gelombangnya, semakin besar gerak yang
dihasilkan. Sebaliknya, semakin kecil gelombangnya, semakin kecil gerak yang
dihasilkan. Besar kecil gerak, adalah ukuran terlogis dari besar kecil
gelombang.
Cinta bukan mengajar kita lemah, tapi membangkitkan
kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan
kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.
Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas,
keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, derita menjadi nikmat, dan
kemarahan menjadi kasih sayang.
Demikian cinta, ukuran terlogis dari besar kecilnya cinta
terlihat dari gerak yang dihasilkannya. Maka cinta tak pernah mengajak lama
berdiam diri, dan tak pernah lama meratapi.
Seberat apapun kelak kau menghadapi badai dalam keluarga,
bergerak adalah pilihan paling logis untuk menyelesaikannya.
Di Afrika, setiap pagi seekor rusa bangun. Dan dia tahu harus
berlari lebih cepat daripada seekor singa tercepat. Jika tidak, ia akan mati
dimakan singa.
Di Afrika juga, setiap pagi seekor singa bangun. Dan dia
tahu harus berlari lebih cepat daripada seekor rusa terlambat. Jika tidak, ia
akan mati kelaparan.
Jadi apapun kita, singa atau rusa. Jika pagi sudah datang,
fajar sudah menyingsing. Berlarilah, karena itu yang membuat kita tetap hidup.
No comments:
Post a Comment